Tampilkan postingan dengan label taujih islam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label taujih islam. Tampilkan semua postingan

Minggu, 17 November 2013

Momentum Transformasi di Awal Hijriyah

Kita saat ini berada di penghujung pergantian tahun 1434 Hijriyah dan memasuki Tahun Baru 1435 Hijriyah. Sebagaimana diketahui umat Islam menghitung permulaan tahun kalender Internasional dari peristiwa sejarah yang memiliki nilai penting sebagai tolok ukur kebangkitan umat hingga akhir zaman. Peristiwa bersejarah itu ialah hijrah yang dilakukan Rasululah SAW bersama para sahabat dari Mekkah ke Yastrib (Madinah).

Perlu dipahami bahwa hijrah Rasulullah dan para sahabat ke Madinah pada waktu itu sama sekali bukan karena keinginan untuk sengaja meninggalkan tanah airnya, akan tetapi karena perintah dari Allah SWT sebagai bagian dari strategi dakwah dan sebagai upaya yang sungguh-sungguh untuk melaksanakan ajaran-Nya.

Setelah hijrah terbentuklah masyarakat Madinah yang penuh dengan kedamaian, ketenangan, persamaan, kesejahteraan, keadilan, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia.

Peristiwa hijrah yang monumental telah berlangsung 14 abad yang lampau dan tidak akan terulang lagi. Namun hikmah dan nilai-nilainya tetap abadi sampai sekarang dan hingga akhir zaman. Hikmah terpenting dari momentum Tahun Baru Hijriyah, ialah memperbarui tekad, semangat dan upaya untuk melakukan perbaikan dan peningkatan dalam berbagai bidang kehidupan.

Perintah untuk melakukan hijrah dalam arti berpindah secara fisik demi untuk menyelamatkan masa depan Islam yang sedang terancam sudah tidak ada lagi setelah pembebasan kota suci Mekkah. Tetapi hijrah dalam pengertian maknawi, seperti hijrah dari perilaku korup kepada perilaku jujur, dan hijrah dari kemiskinan menuju kehidupan yang layak dan bermartabat, tetap relevan sepanjang masa.

Berbagai peristiwa dan kondisi memprihatinkan yang bagai benang kusut terjadi dalam kehidupan bangsa kita pada saat ini, hanya dapat diatasi dengan mengimplementasikan ajaran dan nilai-nilai hijrah.

Pesan hijrah bernilai abadi karena setiap Muslim dituntut untuk mengupayakan kehidupan diri dan masyarakat di sekitarnya menjadi lebih baik dalam pergantian hari dan tahun.

Sabda Rasulullah SAW menyatakan, `'Barangsiapa yang hari ini lebih baik dari kemarin, adalah orang yang beruntung. Bila hari ini sama dengan kemarin, berarti orang merugi, dan jika hari ini lebih jelek dari kemarin, adalah orang celaka.''

Dalam Alquran diungkapkan keterkaitan antara hijrah dengan turunnya rahmat Allah. Firman Allah SWT dalam Alquran, "Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah, dan berjuang di jalan Allah, merekalah (orang-orang yang) mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."(QS Al Baqarah [2]: 218)

Sudah menjadi sunnatullah bahwa Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai mereka sendiri tidak berusaha mengubah dirinya.

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia."(ar-Ra'd [13]:11)

Oleh karena itu, menyambut pergantian tahun Hijriyah perlu disertai dengan kesadaran yang kuat untuk melakukan upaya-upaya konkret dalam membangun kualitas umat dalam berbagai bidang, termasuk upaya menanggulangi kemiskinan.

Esensi hijrah adalah perubahan perilaku ke arah yang lebih baik dan positif, menyingkirkan segala keburukan dan kerusakan serta menghadirkan kemaslahatan dalam kehidupan umat dan bangsa.

Sumber: Prof Dr KH Didin Hafidhuddin

Kamis, 19 Juli 2012

Tausiyah Ramadhan ala Blog Mas Nugroho Inc


Ramadhan Anti Mati Gaya

Marhaban Ya Ramadhan... Alhamdulillah kita dipertemukan kembali dengan bulan yang penuh kemuliaan dan keberkahan, dan bersyukur kita masih diberi ni’mat kesehatan untuk menyambutnya dengan penuh kegembiraan. Terlepas dari kewajiban yang melekat pada ibadah puasa Ramadhan, kita harus senantiasa bersemangat menyambut bulan Ramadhan.
Ramadhan sebagai bulan yang penuh kemuliaan, meninggikan derajat pahala orang – orang yang menjalankan ibadah di bulan tersebut. Baik ibadah wajib maupun sunnah, masing – masing memiliki keutamaan yang jika dijalankan maka menambah tabungan pahala ibadah. Maka merugilah bagi mereka yang meninggalkan ibadah di bulan Ramadhan.
Adapun Ramadhan sebagai bulan yang penuh keberkahan, memberikan kesempatan bagi siapapun yang memohon kepada Allah SWT dengan peluang dikabulkan lebih besar. Apalagi Allah SWT menjanjikan ampunan bagi hamba-Nya yang memohon ampunan bahkan bertaubat di bulan Ramadhan.
Namun kemuliaan dan keberkahan itu tidak berlaku bagi orang – orang yang menjalankan ibadah di bulan ramadhan, sedangkan mereka belum atau bahkan tidak meninggalkan kemaksiatan dan perbuatan dosa. Itu artinya, ibadah yang dilakukannya sia – sia karena rusak oleh dosa yang diperbuatnya. Amatlah rugi orang – orang tersebut.
Oleh sebab itu, penting bagi kita yang benar – benar ingin meraih kemuliaan dan keberkahan bulan Ramadhan untuk memahami ibadah dan larangan di bulan Ramadhan. Agar nantinya ibadah kita tidak sia – sia karena rusak oleh dosa yang kita perbuat, baik disengaja maupun tidak.
Nah... Tulisan ini menghantarkan sahabat pembaca sekalian untuk meraih kemuliaan dan keberkahan bulan Ramadhan. Namun sebelum berpanjang lebar, ada baiknya sahabat sekalian menyantap sajian ruhani dari sumber – sumber Islam dengan topik puasa Ramadhan. Klik di sini untuk menyantap sajian puasa Ramadhan.
Kalau sudah kenyang menyantap sajian puasa Ramadhan, waktunya penulis berbagi tips Ramadhan Anti Mati Gaya. Berikut tips dahsyat dari penulis,
  1. Manfaatkan teknologi untuk jalin silaturahmi dan berbagi ilmu agama. Seperti iklan operator seluler yang menawarkan waktu layanan komunikasi selama mungkin, sehingga memungkinkan pengguna handphone sesering mungkin berkomunikasi. Maka manfaatkan layanan tersebut untuk menjalin silaturahmi dan berbagi ilmu agama.
  2. Manfaatkan waktu senggang untuk berkarya. Bagi sahabat pembaca yang waktu rutinitasnya berkurang, akan lebih bermanfaat jika waktu senggang digunakan untuk menyalurkan hobi yang bermanfaat, bahkan berpeluang mendatangkan penghasilan. Asal tidak lupa sama ibadah wajibnya. Pahala dapat, waktu pun bermanfaat.
  3. Manfaatkan spirit berbagi untuk membahagiakan yatim piatu dan dhuafa. Di bulan ramadhan, rasa empati kepada yatim piatu dan dhuafa sangat terasa. Selain karena hakikat puasa menanamkan empati, kebahagiaan lebih terasa ketika kita berbagi dengan yatim piatu dan dhuafa. Membuat Ramadhan kita lebih bermakna.
  4. Manfaatkan waktu bersama keluarga untuk jalin komunikasi dan kebersamaan. Nah... Buat orang tua, tidak ada alasan untuk mengesampingkan keluarga di bulan Ramadhan. Karena puasa terasa lebih bermakna ketika orang tua dan anak dapat meluangkan waktu untuk menjalin komunikasi dan kebersamaan.
  5. Manfaatkan waktu mustajab untuk berdoa. Buat siapa pun itu, bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan kemurahan Allah SWT. Sifatnya Yang Maha Pemurah, memberikan peluang bagi hamba-Nya yang memiliki hajat untuk menyampaikan permohonannya. Maka bagi mereka yang yakin, Allah tidak akan menyalahi janji-Nya.
Jadi, lima tips ini penulis jamin ngga’ akan bikin Ramadhan sahabat pembaca sekalian garing bahkan Mati Gaya. Kalau sampai kelima tips ini sahabat lewatkan, so what gitu loh!
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa Ramadhan 1433 H
Ping your blog, website, or RSS feed for Free

Senin, 24 Januari 2011

Press release


Bismillahirrahmaanirrahiim

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirobbil‘alamin, dengan izin Allah Subhanahu Wata’ala telah berlangsung pernikahan kami, Nugroho Tejo Mukti, S.Pi & Nunik Maya Sari dengan lancar tanpa kendala yang cukup berarti.

Pertemuan yang tidak pernah dinyana (baca terpikirkan) sebelumnya, memberikan hikmah yang begitu indah yaitu misteri takdir Allah Subhanahu Wata’ala, yang manusia manapun tidak akan pernah tahu.

Rekan-rekan tentu memahami bahwa jalan jodoh manusia menjadi rahasia Allah Subhanahu Wata’ala. Namun kondisi ini tidak menutup pintu ikhtiar bagi yang ingin menjemput jodohnya.

Patut menjadi suri tauladan kita semua, pernikahan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dan para salafush sholeh yang dijalani dalam bingkai kesucian dengan memurnikan syariat, dan mengedepankan aspek tawakal dalam meraih Ridho Allah Subhanahu Wata’ala.

Pernikahan seperti inilah yang mendatangkan keberkahan dan tidak berakhir pada pemenuhan hasrat cinta semata. Apalagi yang dicari, jika bukan keberkahan sebuah pernikahan? Dengan keberkahan maka pencapaian rumah tangga sakinah mawaddah warahmah adalah keniscayaan.

Semoga pesan moral ini bisa menjadi perenungan rekan-rekan yang masih melajang maupun yang asyik masyuk menjalin hubungan pra nikah, akan lebih indah jika jalinan pernikahan diawali dengan kesucian niat untuk meraih Ridho Allah Subhanahu Wata’ala.

Semoga Allah Subhanahu Wata’ala memberikan hidayah kepada kita semua. Jazzakumullah khairan katsir atas do’a restu dari rekan-rekan sekalian.

Blitar, 23 Januari 2011

ttd.

Nugroho Tejo Mukti S.Pi

Dedikasi untuk istri tercinta Nunik Maya Sari

Rabu, 29 Desember 2010

Memaknai kekalahan dengan kebesaran hati, inilah mental juara!

Euforia Piala AFF 2010, ajang kompetisi sepakbola bergengsi di Asia Tenggara telah berlalu. Momentum ini menyisakan pengalaman berharga bagi timnas Indonesia yang harus menerima keunggulan timnas Malaysia. Terasa berat memang, namun inilah kompetisi. Dibutuhkan mental juara untuk membesarkan hati para pemain timnas sepak bola Indonesia.

Mengapa harus bermental juara?

Toh kalah tetaplah kalah, dan tidak bisa diulang kembali. Disinilah titik kritisnya, kedewasaan pemain timnas Indonesia akan semakin matang manakala kekalahan yang mereka alami disikapi sebagai pelecut semangat untuk meraih sukses di kesempatan berikutnya. Sikap ini hanya dimiliki oleh sang juara, begitu pula seharusnya timnas Indonesia.

Kedewasaan dan mental juara memiliki korelasi positif yang dapat memompa semangat juang sebuah tim. Kedewasaan akan mengarahkan kepada perwujudan sikap atau kemampuan dalam menyikapi kegagalan, sedangkan mental juara senantiasa menguatkan hati agar tidak berputus asa ketika menghadapi kegagalan.

Dengan dua modal ini, pemain timnas Indonesia tetap teguh dan menunjukkan performa terbaiknya walaupun penuh dengan tekanan mental. Apapun kritik, saran, cacian bahkan makian dari suporter Indonesia, sebisa mungkin dihadapi dengan berlapang dada dan mampu menunjukkan optimisme di hadapan publik. Memang berat menghadapinya, namun timnas Indonesia harus jalan terus dan memberikan prestasi terbaiknya.

Mental juara harus dimiliki bila kita menginginkan sukses berprestasi. Menang bukan melulu simbol kemenangan, tetapi menerima kekalahan dan segera bangkit adalah simbol kemenangan yang sejati. Mental ini harus dimiliki oleh bangsa Indonesia agar senantiasa juara di kancah dunia.

Mental juara juga harus dimiliki oleh para pejuang. Tak terkecuali pejuang dakwah, karena kemenangan para da’i dalam mensyiarkan Islam dan menebar rahmat adalah sebuah keniscayaan. Dan keniscayaan itu hanya akan diraih dengan perjuangan. Kengototan seorang da’i dalam berda’wah harus lebih dari seorang pemain sepak bola.

Kalau pemain sepak bola saja bisa memenangkan hati seluruh masyarakat Indonesia dengan permainan terbaiknya, maka seorang da’i harus bisa memenangkan hati ummat dengan syiar islam yang rahmatan lil alamin. Barulah seorang da’i bermental juara! Allahu Akbar!